Hadits Hasan – Syarah Al Mandzhumah Al baiquniyyah

At Ta’liqat Al Atsariyyah ‘ala Al Mandzhumah Al Baiquniyyah adalah salah satu kitab penjelasan (syarah) dari kitab Al Mandzhumah Al Baiquniyyah yang dikarang oleh ulama terkemuka masa kini,
Syaikh Ali Hasan Abdul Hamid Al Halaby. Insya Allah kami akan menerjemahkan kitab ini per pembahasan sampai selesai. Sebaiknya  antum membaca dulu terjemah kitab Al Mandzhumah Al Baiquniyyah.  Semoga Allah memuliakan ummat islam dengan ilmu..
وَالحَسَنُ المَعْروفُ طُرْقـاً وَغدَتْ * رِجَالَهُ لا كَالصَّحِيحِ اشْتَهَرَتْ
Hadits Hasan adalah hadits yang jalur periwayatannya ma’ruf.. akan tetapi perawinya tidak semasyhur hadits shahih
Aku berkata: Ketika Syaikh Abussatar mendapati syair ini, beliau berkata:
وَالْحَسَنُ الْخَفِيْفُ ضَبْطًا إِذْ غَدَتْ * رِجَالَهُ لا كَالصَّحِيحِ اشْتَهَرَتْ
Hadits hasan adalah hadits yang ke-dhabith-an perawinya ringan dan perawinya tidak semasyhur hadits shahih
Hadits Hasan[1] : hadits yang bersambung sanadnya yang dibawakan oleh perawi yang adil namun memiliki kekuatan hapalan (dhabith) yang ringan, diriwayatkan dari perawi yang semisalnya dengan tanpa syad dan ‘illat.
Contohnya hadits berikut:
عن ابي هريرة قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَكْثِرُوْا مِنْ شَهَادَةِ انْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ، قَبْلَ أَنْ يُحَالَ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهَا، وَلقِّنُوْهَا مَوْتَاكُمْ
Dari abu hurairah, beliau berkata: Rasulullah  bersabda:
“Perbanyaklah kalian mengucapkan syahadat Laa ilaaha illallah sebelum terhalang antara diri kalian dengannya dan talqinlah orang yang sedang menghadapi kematian diantara kalian”[2]
Sanad hadits ini hasan karena terdapat Dhimam bin Isma’il. Al Hafidz Adz Dzahaby berkata tentangnya[3]:”Dia Shalihul hadits, sebagian orang melemahkannya dengan tanpa hujjah”. Abu Zur’ah Al ‘Iraqy juga menukil pendapat Imam Ahmad bin Hambal dalam “Dzailul kasyif” (hal.144): “Dia Shalihul hadits“. Dari Abu Hatim:”Shaduq, ahli ibadah”, dari An Nasa’iy: “tidak ada masalah dengan nya”. Ibnu Hajar berkata tentangnya[4]:”Shaduq, rubbamaa Akhtha (terkadang salah)” dan pendapat lain yang semisal yang tidak menurunkan haditsnya dari derajat hasan.
غَدَتْ : [5]صاَرَتْ (menjadi)

[1] Lihat “At Tadrib” (1/153), “Al Ba’its” (hal. 37), Al As’ilah Al Faiqah (no. 5) oleh Al Hafidz Ibnu Hajat [2] Diriwayatkan oleh Abu Ya’laa (6147), Al Khatib di dalam “Tarikh” nya (3/38), Hamzah Al Kinany dalam “Juz’ul bithaqah” (no.7), Ar Rafi’iy dalam Tarikh Qazwin” (4/74) dari dua jalan; dari Dhimam bin Isma’il, dari Musa bin wardan, dari Abu Hurairah
Peringatan : Penta’liq telah mendhaifkan hadits dalam Musnad Abi Ya’laa karena ada Suwaid bin Sa’ad. Guru Abu Ya’laa. Lihat “Silsilah As Shahihah” (No. 468)
Maksud kata ” مَوْتَاكُمْ”: orang yang sedang sakarotul maut karena orang tersebut masih terkena pembebanan syariat. Sebisa mungkin untuk dilakukan talqin kepadanya untuk mengingatkannya dan agar ia mengucapkannya. Masalah Talqin ini telah tetap dan shahih dari Rasulullah  adapun selain ini tidak sah.
Lihat “Ahkamul Janaiz” (hal 10-11), “Silsilah Adh Dha’ifah” (2/64), dan tulisanku ” Al Qaul Al Mubin fi dha’fi haditsai At Talqin waqra’u Mautakum Yasin”.
[3] Mizanul I’tidal (2/329)
[4] Taqibut Tahdzib (1/374)
[5] Al Mu’jam AL Wasith (2/652)